Pemikiran Rene Descartes

Pemikiran Rene Descartes






Rene Descartes Terlahir di Perancis, 31 Maret 1596 dan meninggal di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650 pada usia 53 tahun. Rene Descartes adalah sang filsuf ternama dari Perancis. Ia sering disebut sebagai Bapak Filsafat Modern. Cogito ergo sum adalah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, yang artinya adalah "Aku Berpikir Maka Aku Ada". Maksuda dari kalimat itu adalah ingin membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri.

Rene Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua hal. Ia meragukan keberadaan benda-benda disekelilingnya. Ia bahkan meragukan keberadaan dirinya sendiri.

Rene Descartes berpikir bahwa dengan cara meragukan semua hal termasuk dirinya sendiri tersebut, dia telah membersihkan dirinya dari segala prasangka yang mungkin menuntunnya ke jalan yang salah. Ia takut bahwa mungkin saja berfikir sebenarnya tidak membawanya menuju kebenaran. Mungkin saja bahwa pikiran manusia pada hakikatnya tidak membawa manusia kepada kebenaran, namun sebaliknya membawanya kepada kesalahan. Artinya, ada semacam kekuatan tertentu yang lebih besar dari dirinya yang mengontrol pikirannya dan selalu mengarahkan pikirannya ke jalan yang salah.

Sampai disini, Descartes tiba-tiba sadar bagaimanapun pikiran mengarahkan dirinya kepada kesalahan, namun ia tetaplah berpikir. Inilah satu-satunya yang jelas. Inilah satu-satunya yang tidak mungkin salah. Maksudnya, tak mungkin kekuatan tadi membuat kalimat "ketika berpikir, sayalah yang berpikir" salah. Dengan demikian, Descartes sampai pada kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada.

METODE DAN PENDEKATAN PEMIKIRAN

Dalam pemikiran Rene Descartes, Cogito Ergo Sum yang berarti aku berpikir maka aku ada, beliau menggunakan metode kritis melalui keraguan (skeptis) dengan penyangsian, yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang bisa diragukan. Rene Descartes senidir menyebut metode analistis. Rene Descartes juga menegaskan metode lain, yaitu Empirisme Rasionil. Metode ini mengintregasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometri, dan aljabar. Yang dimaksud analisa geometri adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin imlu yang dikumpulkan dlaam nama "ilmu pasti".

Mengenai pendekatan yang digunakan Rene Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang sama menganut paham rasionalisme  yang sangat mengendepankan akal.

Dapat dipahami bahwasanya Renen Descartes dalam "Cogito Ergo Sum" menggunakan metode analitis tentang penyangsian dang dengan menggunakan pendekatan filsafat yang rasional.

POKOK - POKOK PEMIKIRAN 

↪  Cogito Ergo Sum
      Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan "aku berpikir maka aku ada" merupakan sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang sama pada awalnya Rene Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi hasil-hasil imlu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh kebenaran pasti Rene Descartes mepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena Rene Descartes berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat diperlukan metode tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar logis.

      Cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh karena kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa Tuhan ada). Bila terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal itu, maka itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu pengetahuan. Dan Rene Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir. Maka, Cogito Ergo Sum : Saya sedang menyangsikan, ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapa pun besar usaha ku.

↪ Ide-Ide Bawaan
      Karena kesaksian apapun dari luar tidak dapat dipercayai, maka menurut Rene Descartes saya harus mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dengan menggunakan norma tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian, apakah hasilnya ? Rene Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga "ide bawaan". Ketiga ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir masing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan keluasan.

      1. Pemikiran
          Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa
          pemikiran merupakan hakikat saya.

      2. Tuhan Sebagai Wujud Yang Sama Sekali Sempurna
          Karena saya mempunyai ide sempurna, harus ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu
          karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada
          Tuhan.

      3. Keluasan
           Materi sebagai keluasan atau ekstensi, sebagai hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli
           ilmu ukur.

↪ Substansi
       Rene Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi :
          1. Jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran.
          2. Materi yang hakikatnya adalah keluasan.

      Akan tetapi, karena Rene Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak kesulitan untuk membuktikan keberadaannya. Bagi Rene Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia material ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan demikian, keberadaan yang sempurna yang ada diluar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia materil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.

↪ Manusia
      Rene Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi :
           1. Jiwa adalah pemikiran
           2. Tubuh adalah keluasan

          Sebenarnya, tubuh tidak lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Rene Descartes menganut suatu dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Rene Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh/ Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis (sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahan ini tidak memadai bagi Rene Descartes sendiri.

EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN RENE DESCARTES

Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Rene Descartes telah menemukan metode tersendiri, yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan.

Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggaris bawahi pada kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya. Bahwa oleh orang yang mengalami keraguan yang amat sekalipun adalah "Keadaan Dirinya Sendiri" Cogito Ergo Sum (I think, therfore I am). Seluruh sistem filsafatnya disusun untuk menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditumbulkan dari dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan unutk menguji bagaimana sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada diluar dirinya. Bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinan yang dapat dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pad dunia di luar fondasi yang kokoh untuk kepercayaan terhadapat adanya Tuhan.

ONTOLOGI RENE DESCARTES (Substansi - Atribut - Modus)

Rene Desacartes telah mencapai hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikatnya segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribut, atau sifat dasar, dan modus.

Substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipikirkan seperti itu sebenarnya hanya ada satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain hanya dapat diperkirakan sebagai berada dengan pertolongan Tuhan.

Atribut adalah sifat asasi. Setiap substansi memiliki sifat asasinya sendiri, yang menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi itu mutlak perlu dan tidak dapat ditiadakan. Sifat asasi ini adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.

Modus adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat berubah.

Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai atribut atau sifat asasi, keluasan, dan memiliki sebagai modi, bentuk, dan besarnya yang lahiriyah serta gerak dan perhentiannya. Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi, pemikiran, dan memiliki sebagai modinya, pemikiran-pemikiran individual, gagasan, dan gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedangkan asasi benda adalah keluasan. Roh dapat dipikirkan dengan jelas dan terpilah tanpa memerlukan sifat asasi benda. Oleh karena itu secara apriori tidak kemungkinan yang satu mempengaruhu yang lain, sekalipun dalam praktek tamak ada pengaruhnya.




Sumber :


http://fariskayosi.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pemikiran-filsafat-rene.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cogito_ergo_sum

 

 

Komentar